MAKALAH BIOLOGI PERILAKU HEWAN


BAB I
PENDAHULUAN 
    A.    Latar Belakang
Suatu  definisi  kamus  mengenai  perilaku  mungkin  berupa  “ bertindak, bereaksi, atau  berfungsi dalam suatu cara  teretentu  sebagai  respon  terhadap  beberapa  rangsangan  (stimulus)”.  Banyak perilaku

Memang  terdiri  atas Aktivitas  otot  yang  dapat  diamati  secara eksternal, yaitu  komponen “bertindak” dan  “bereaksi” dari defenisi  tersebut.  akan  tetapi  jika  seekor  burung  muda yang  mendengarkan kicauan  burung  dewasa mungkin  tidak  menunjukkan adanya hubungan dengan aktivitas otot. Sebagai gantinya, ingatan  akan  kicauan  burung dapat disimpan dalam otak burung muda dan setiaprespon otot yang diamati muncul belakangan. Dengan demikian, jika kita menganggap perilaku(behavior) sebagai apa yang  dilakukan  oleh hewan dan bagaimana hewan  tersebut melakukannya,definisi ini akan meliputi komponen perilaku yang tidak berkaitan  dengan pergerakan  dan juga tindakan hewan yang dapat diamati (Campbell.2004). Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium danpengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentusemisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruhperhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok  kekerabatan hewan yang tertentu.
    B.           Rumusan Masalah
  1.      Bagaiman mengenal hewan dan kebiasaannya ?
  2.      Apa yang  dimaksud  Animal reasoning and learning  
  3.      Bagaimana Susunan Genetis maupun lingkungan berkontribusi  dalam perkembangan perilaku ?
  4.      Bagaimana komponen-komponen genetis perilaku hewan ?
  5.      Apa yang dimaksud kebugaran inklusif dan evolusi perilaku sosial alturistik ?
   C.    Tujunan Penulisan Makalah
1.      Mengetahaui definisi dari perilaku sederhana maupun kompleks.
2.      Mengetahui yang  dimaksud  Animal reasoning and learning.
3.      Mengetahui  Susunan Genetis maupun lingkungan berkontribusi dalam    perkembangan perilaku.
4.      Mengetahui komponen-komponen genetis perilaku hewan.
5.      Mengetahui  yang dimaksud kebugaran inklusif dan evolusi perilaku    sosial  alturistik .

BAB II
PEMBAHAAN

    A.    Awal Mengenal Hewan dan kebiasaannya
Usaha mempelajari hewan dan kebiasaannya sebenarnya sudah lama dilakukan orang namun untuk menduga secara tepat kapan dimulainya maka hal itu hamper mustahil untuk dilakukan. Sesungguhpun usaha itu dimulai sejak manusia mulai menggunkan hewan sebagai sasaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semenjak itu secara berangsur angsur hewan yang mulai mencium keberadaan manusia disekitarnya mulai menghindar, yang diperkirakan sebelumnya hal itu tidak terjadi seperti halnya yang hidup dipulau pulau terpencil saat ini.

Titik tolak dari hal ini, maka manusia mulai berusaha untuk mengenal lebih jauh tentang binatang yang menjadi buruannya. Manusia mulai mengenal bahwa ada hewan yang peka pendengarannya, tajam penglihatannya, peka akan cahaya, mencari makan pada siang hari , ada pula yang mencari makan pada malam hari, ada yang berkelompok ada pula yang soliter. Manusia juga mempelajari saat hewan mencari mangsanya dan menuju tempat yang berair untuk menghilangkan dahaganya. Singkatnya semakin banyak hal hal yang diketahui manusia dari kebiasaan hewan buruannya.

Pengetahuan ini kemudian diajarkan secara turun temurun dari mulut ke mulut kepada anak anak manusia. Hal ini kemudian banyak mereka wujudkan dalam bentuk gambar gambar di dinding gua gua tempat manusia berlindung. Kejadian ini sudah banyak dikenal pada zaman lampau yang berkisar 40-35.000 tahun yang lalu, yang dilakukan oleh manusia.

Demikian pengenalan akan hewan dan kebiasaannya tumbuh menjadi pengetahuan dasar tentang perilaku hewan .  usaha mengungkapkan sifat alamiah hewan buruan ini berkembang lebih lamjut, setelah manusia mulai mengetahui bagaimanapun banyaknya pengetahuan mereka akan kebiasaan hewan buruannya namun adakalanya hewan buruannya berkelana karena tekanan alam sekitarnya dengan kemungkinan untuk tidak kembali ke tempat asalnya. Dari peristiwa ini maka timbullah usaha untuk memelihara binatang yang menjadi binatang buruannya. Dari waktu geolitik tercatat bahwa usaha berternak dan bertani dilakukan mulai sekitar I0.000 – 8000 tahum yang lalu oleh manusia Azilinia. Manusia azilinia yang berhasil dalam beternak adalah mereka yang mengenal dengan baik  sifat-sifat hewan yang dipeliharanya, seperti makanan yang disukainya, banyaknya makanan yang optimal, saat berkelamin, sifat pada saat berkelamin, pada saat bertelur dan beranak bagi hewan vivipar, sifat pada waktu memelihara anaknya dan sebagainya. Rekaman pengetahuan akan sifat sifat hewan tersebut kelak merupakan dasar perkembangan dasar ilmu perilaku hewan hewan. Suatu ilmu yang relative baru, sekitar 70 tahun yang lalu, meskipun usaha mempelajari dan memakainya sudah merupakan tuntutan puluhan ribu tahun yang lalu.
   B.     Masukan sensoris tersendiri dapat merangsang perilaku sederhana maupun   kompleks
Secara kolektif, perilaku seekor hewan adalah jumlah dari respon yang diberikan terhadap rangsangan eksternal dan internal.coba kita tengok misalnya,kadal sutra jantan dengan gelambir yang dibentangkan.sutra (Norops sericeus) jantan, kelepak kulit berwarna cerah yang ada di bawah kerongkongan. Pada waktu yang berbeda heda, anole jantan tampak menggunakan gelarmbir unluk memfasilitasi pengenalan olch anggota anggota spesiesnya sendiri, memantapkan teritori, dan memikat pasangan. Mengingat berbagai macam rangsangan dan fungsi yang mungkin terasosiasi dengan perilaku ini dan berbagai perilaku hewan yang lain, bagaimana para ahli biologi dapat menentukan munculıya perilaku hewan dan fungsi yang sebenarnya dari perilaku tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan ini, para perintis biologi perilaku pada pertengahan tahun 1900-an mengembangkan etologi (elhology), bidang sains yang mempelajari bagaimana hewan berperilaku, terutama di lingkungan alamiahnya. Salah satu ahli etologi terawal, Niko Tinbergen dari Belanda, menyatakan bahwa memahami perilaku apa pun harus menjawab empat pertanyaan, yang bia dirangkum sebagai berikut:1. Rangsangan apa yang memicu perilaku tersebut, dan mekanisme fisiologi apa yang  memerantarai respons tersebut? 2. Bagaimana pengalaman hewan selama pertumbuhan dan perkembanga   memengaruhi respons terscbut? 3. Bagaimana perilaku membantu kesintasan dan reproduksi? 4.Apa sejarah evolusioner  perilaku tersebut?

Dua pertanyaan pertama menanyakan tentang penyebab  proksimat (proksimat cousation): bagaimana perilaku terjadi atau dimodifikasi. Dua pertanyaan burung terahir  menanyakan tentang penyebab ultimat (ultimate  causation): 'mengapa' perilaku terjadi dalam konteks bagi seleksi alam. Untuk memahami perbedaan antara penyebab proksimat dan ultimat, marilah kita kembali ke burung jenjang-mahkota-merah di Peraga 51.1. Setelah membentuk pasangan kawin, burung jenjang berbiak di musim semi dan awal musim panas. Pertanyaan tentang penyebab proksimat adalah untuk menanyakan bagaimana perubahan musiman .

Memengaruhi kapan burung jenjang-mahkota-merah kawin. Pertanyaan ini mungkin membimbing kita untuk mengkaji efek panjang hari pada produksi burung jenjang tersebut dan respons terhadap hormon tertentu. Sebaliknya, menanyakan mengapa burung jenjang-mahkota-merah bereproduksi pada musim semi dan musim panas berkaitan dengan penyebab ultimat. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa pada musim-musim tersebut, induk cenderung mudah menemukan makanan bagi anak yang sedang tumbuh cepat, yang akan meningkatkan keberhasilan reproduksi relatif terhadap pembiakan pada musim-musim yang lain Saat ini, gagasan tentang penyebab proksimat dan ultimat mendasari ekologi perilaku (behavioral ecology), bidang yang mempelajari dasar ekologi dan evolusi perilaku hewan. Seperti yang akan segera kita lihat, Tinbergen, bersama para ahli etologi dari Austria, Karl von Frisch dan Konrad Lorenz, konseptual untuk mempelajari perilaku hewan, namun juga menerapkan gagasan ini terhadap penelitian perilaku yang spesifik. Sebagai pengakuan terhadap pencapaian mereka, ketiganya dianugerahi Hadiah Nobel tahun 1973. tidak hanya menyediakan landasan Mari kita mulai dengan menjelajahi respons perilakıu terhadap rangsangan yang jelas, diawali dengan suatu contoh dari penelitian Tinbergen.

   a.       Pola Tindak Tetap
Salah satu tipe perilaku yang terkait dengan rangsangan sederhana adalah pola tindakan tetap [fixed acction pattern],urut-urutan tindakan yang tidak di pelajari yang pada dasarnya tidak dapat di ubah dan begitu di mulai,biasanya diselesaikan dengan tuntas.Pemicunya adalah petunjuknya adalah petunjuk eksternal yang di kenal sebagai rangsangan panda (sign stimulus).Tinbergen mempelajari kasus yang telah menjadi contoh klasik rangsangan tanda dan pola tindakan tetap pada ikan stickleback berduri tiga (gasterosteus akculaeatus) jantan.Stickleback jantan yang berperut merah menyerang jantan lain yang memasuki teritori sarangnya.Tinbergen menyadari bahwa ikan-ikan stickleback peliharaannya juga berperilaku agresif terhadap truk merah yang lewat di depan akuarium.Trillhami oleh pengamatan kebetulan ini,tinbergen melaksanakan percobaan yang menunjukkan bahwa warna merah di bagian bawah tubuh si penyerbu normalnya memicu perilaku menyerang.stickleback jantan tidak akan menyerang ikan yang tidak memiliki warna merah (ingatlah bahwa sticleback betina tidak pernah memiliki perut merah),namun akan menyerang model yang bahkan tidak mirip dengan ikan asli jika model tersebut memiliki bagian yang berwarna merah.

   b.      Pergerakan Berarah
Petunjuk lingkungan tidak hanya memicu beberapa perilaku sederhana,namun juga memberikan rangsangan yang digunakan hewan untuk mengubah atau mengorientasikan gerakan sederhana dan kompleks ke arah tertentu.

   c.       Kinesis dan teksis
Pada perpindahan tempat beberapa hewan mengandalkan pada kinesis,suatu perubahan dalam aktivitas atau laju pergerakan sebagai respons terhadap suatu stimulus.misalnya,kutu kayu (genus oniscus) menunjukan kinesis sebagai respons terhadap variasi kelembaban.Krustasea darat ini menjadi semakn aktiv di daerah kering dan kurang aktiv di daerah lembab.Kutu kayu tidak betgerak menuju atau menjauhi kondisi spesifik, namun peningkatan pergerakan dalam kondisi kering menjadikan kutu kayu lebih mungkin meninggalkan daerah kering dan menjumpai daerah lembab tempat kutu kayu dapat sintas kutu kayu deangan lebih baik.Berlawanan dengan kinesis,taksis (taxis) adalah gerakan berarah menuju (taksis positif) atau menjauhi (taksis negatif) beberapa rangsangan.Misalnya,trout dan banyak ikan sungai lain secara otomatis berenang atau mengorientasikan dirinya sendiri kearah hulu (menuju kearus).Taksis ini mencegah ikan hanyut dan menjaganya kearah datangnya makanan.

    d.      Migrasi
Migrasi (migration) perubahan lokasi yang teratur dan menempuh jarak jauh di jumpai pada berbagai macam burung,ikan,dan hewn-hewan yang lain dalam bermigrasi,banyak hewan melewati lingkungan,yang belum pernah di temui sebelumnya.Kalau begittu,bagaimana mereka menemukan jalanya? Beberapa hewan yang bermigrasi  melacak posisinya terhadap matahari,namun ada beberapa masalah dengan pendekatan ini salah satunya,posisi matahari terhadap bumi berubah sepanjang hari.banyak penelitian menunjukan bahwa hewan-hewan menyesuaikan dengan perubahan ini dengan jam sirkadia (circadian cloch),mekanisme internal yng mempertahankan ritme atau siklus  aktivitas 24-jam .misalnya ,percobaan dengan siklus terang dan gelap yang terkontol mengungkapkan bahwa burung mengorientasi dirinya secara berbeda terhadap matahari pada waktu-waktu yang berbeda pada siang hari.hewan nokturnaldapat mengunakan bintang utara,yang memiliki posisi tetap dilangit malam.namun masih ada masalah: awan dapat menutupi matahari maupun bintang.percobaan sederhana dengan merpati  menunjukan bagaimana hewan dapat mengatasi rintangan ini. Pada hari yang berawan, magnet kecil dikepala merpati mencegah burung tersebut kembali kesarangnya secara efisien.dengan mengindera posisinya terhadap medan. Magnet bumi,merpati dan hewan-hewan yang lain dapat menentukan arah tanpa petunjuk matahari atau langit. Ada dua hipotesis tandingan tentang bagaimana hewan mendeteksi   medan magnet bumi dalam menavigasi pergerakan jarak jauh.salah satu hipotesis didasarkan pada penemuan potongan-potongan kecil magnetik,sejenis mineral besi bermagnet,dikepala ikan dan burung yang bermigrasi.beberapa saintis menyusun hipotesis bahwa tarikan bumi terhadap struktur pengandung magnetik memicu transmisi impuls saraf  ke otak.hipotesis kedua menyatakan bahwa hewan dipandu oleh efek-efek medan magnet bumi pada fhotoreseptor dalam sistem penglihatan.gagasan bahwa hewan’melihat’ medan magnetik didukung oleh percobaan yang menunjukan bahwa burung membutuhkan cahaya yang memeiliki panjang gelombang tertentu dalam lingkungan siang atau malam untuk mengorientasikan dirinya sendiri dalam medan magnet.

    e.       Ritme Perilaku
Walaupun memainkan peran yang kecil namun penting dalam navigasi oleh beberapa spesies pemigrasi, jam sirkadia berperan besar dalam aktivitas harian semua hewan. Seperti yang dibahas dalam Bab 49, keluaran jam tersebut adalah ritme sirkadia, siklus harian istirahat dan aktivitas dengan efek-efek besar pada fisiologi perilaku. Jam itu normalnya disinkronisasi dengan siklus terang dan gelap lingkungan, namun dapat mempertahankan aktivitas ritmik dalam kondisi lingkungan yang konstan misalnya selama hibernasi. Setelah berhasil menyingkapkan n mekanisme molekular yang mendasari jam biologis ini kini para saintis mengalihkan perhatian mereka pada bagaimana sinyal-sinyal dari jam tersebut meregulasi dan mengoordinasi perilaku harian. Sejumlah perilaku, misalnya migrasi dan reproduksi,mencerminkan jam biologis dengan siklus, atau periode, yang lebih panjang daripada ritme sirkadia. Ritme perilaku m yang tertaut dengan siklus tahunan atau musim disebut ritme sirkanual (circannualrhythm). Walaupun migrasi dan reproduksi biasanya berkorelasi dengan ketersediaan S makanan, perilaku-perilaku ini bukanlah respons langsung terhadap perubahan asupan makanan. Sebagai gantinya ritme sirkanual, seperti juga ritme sirkadia, dipengaruhi oleh panjang siang hari dan kegelapan di lingkungan. Misalnya, penelitian terhadap beberapa spesies burung ya telah menunjukkan bahwa lingkungan artifisial dengan d siang hari yang diperpanjang dapat menginduksi perilaku m migrasi yang tidak pada musimnya.
Tidak semua ritme biologis tertaut dengan siklus terang dan gelap di lingkungan.contohnya adalah ketam ucca atau fiddler crap (genus uca) ketam canggah jantan memiliki asimetris yang khas : satu capit tumbuh hingga mencapai ukuran raksasa ,setengah dari masa keseluruhan tubuh. (Nama fiddler atau“biola” bersal dari penampilan ketam ini sewaktu sedang  makan,ketika capit depan yang lebih kecil bergerak maju mundur dari mulut didepan capit yang lebih besar. ) Ketam jantan Dewasa meliang di dalam  dataran dataran lumpur atau pasir yang terendam  dan tesibak oleh pasang.selama percumbuan,jantan menempatkan dirinya sendiri di mulut liang,melambai-lambaikan capit besarnya untuk memikat calon pasangan.
  
    f.       Sinyal dan Komunikasi Hewan
Ketam uca yang melambai-lambaikan capit selama nya, percumbuan merupakan salah satu contoh hewan (ketam uhi jantan) yang menghasilkan rangsangan yang memandu gan. perilaku hewan yang lain (ketam betina). Rangsangan ung yang ditransmisikan dari satu hewan ke hewan lain gan disebut sinyal (signal). Transmisi dan penerimaan sinyal aku menyusun komunikasi (communication) hewan, unsur interaksi antarindividu yang palin penting.
Sebagai pengantar ke mode umum komunikasi hewan, tam mari kita kaji perilaku percumbuan lalat buah (Drosophilaatanmelanogaster). Percumbuan pada lalat ini menyusun gga rantai rangsangan respons (stimulus responsechain), yang han berarti respons terhadap setiap rangsangan merupakan rangsangan bagi perilaku berikutnya. asal Percumbuan lalat buah diawali dengan dari pengidentifikasian dan pengorientasian jantan terhadap betina dari spesies sama.

    g.      Feromon
Banyak hewan yang berkomunikasi melalui aroma di l mengeluarkan zat-zat kimia yang disebut feromon. ratu (pheromone). Feromon sangat umum di kalangan mamalia dan serangga, dan seringkali berkaitan dengan perilaku reproduktif. Misalnya, feromon merupakan dasar komunikasi kimiawi dalam percumbuan lalat buah dihat Mis Peraga 51.7). Akan tetapi, feromon tidak terbatas untuk sua persinyalan jarak pendek. Para peneliti telah menunjukkan aka bahwa feromon dari seekor ngengat betina dapat memikat jantan dari jarak yang jauhnya beberapa kilometer Begitu wa ngengat-ngengat itu bertemu, feromon juga memicu rap perilaku-perilaku percumbuan yang spesifik. Konteks feromon sama pentingnya dengan zat kimia pa itu sendiri. Dalam koloni lebah madu, feromon yang dihasilkan oleh ratu dan anak-anaknya yang ku betina.

    C.    Perilaku Yang Diperoleh Dengan Belajar (Animal reasoning and learning
Perilaku yang diperoleh dengan belajar adalah perilaku yang diperoleh atau sudah dimodifikasikarena pengalaman hewan yang bersangkutan yang mengakibatkan suatu perubahan yang tahan lama dan dapat juga bersifat permanen.
     a.       Kebiasaan (habituation)
Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap stimulus berulang yang  yang telah dibuktikan tidak merugikan. Misalnya: membuat suara aneh dekat anjing, pertama-tama hewan tersebut akan terkejut dan mungkin jugatakut, tetapi setelah lama dan merasa bahwa suara tersebut tidak berbahaya, maka bila ada sura tersebut hewan  tersebut tidak akan bereaksi lagi.

     b.      Perekaman (imprinting)
Lorenzo (1930) menemukan semacam cara belajar pada burung yang bergantung pada satu pengalaman saja. Hanya pengalaman ini harus berlangsung tepat setelah telur burung tersebut menetas. Misalnya: Angsa akan mengikuti benda bergerak pertamayang dilihatnya dan benda tersebut dianggap sebagai induknya. Karena yang pertama dilihatadalah Lorenz, maka dia dianggap sebagai induknya.

      c.       Reflex bersyarat
Pavlov (seorang ahli fisiologi) mempelajari sistem syaraf hewan menyusui.Yaitu mempelajari reflex yang menyebabkan anjing memproduksi air liur, dan menemukanbahwa melihat atau mencium bau daging saja sudah menyebabkan anjing mengeluarkan airliur. Pavlov mencoba rangsangan lain yang dapat menghasilkan tanggapan mengeluarkan airliur, yaitu dengan bunyi bel. Pavlov menemukan bahwa rangsangan pengganti harus datangsebelum rangsangan asli, supaya tanggapannya berhasil dipindahkan. Juga semakin pendek jangka waktu antara kedua rangsangan, semakin cepat reaksi itu melekat pada rangsangan pengganti. Hal tersebut dapat juga terjadi pada ayam atau merpati dengan tanda bunyi.

        d.       Pembelajaran spasial
setiap lingkungan alamiah menunjukan variasi spasial,misalnya lokasi tempat bersarang,bahaya,makanan,dan calon pasangan.sebagai akibatnya,kebugaran organisme bisa ditingkatkan oleh kemampuan pembelajaran spasial (spatial learning )pematangan memori yang  mencerminkan struktur spasial lingkungan. Timbergen tergelitik oleh perilaku tawon penggali betina (philanthus trianggulum), yang  bersarang dalam kiang-liang kecil dalam gumuk pasir. Ia mengamati bahwa ketika tawon meninggalkan sarangnya untuk pergi berburu,ia menutupi pintu masuk keliang dengan pasir.sewaktu kembali, ia terbang langsung ke sarangnya yang tersembunyi, meskipun ada ratusan liang didaerah tersebut.timbergen mengajukan hipotesis bahwa tawon menentukan letaka sarangnya dengan mempelajari sarang  posisi sarang relatif  terhadap penanda ( landmard) atau indikator lokasi yang kasat mata.

Semoga Bermanfaat  ....


Baca Juga Makalah Makalah Berikut
--------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------



Subscribe to receive free email updates: